Sunday, 17 February 2013

0
Asal Usul Tangkuban Perahu ( The Legend of Tangkuban Perahu Mountain)



Pada jaman dahulu, di Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu di dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh seekor anjing kesayangannya yang bernama Tumang. Tumang sebenarnya adalah titisan dewa, dan juga bapak kandung Sangkuriang, tetapi Sangkuriang tidak tahu hal itu dan ibunya memang sengaja merahasiakannya.
 Pada suatu hari, seperti biasanya Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu. Setelah sesampainya di hutan, Sangkuriang mulai mencari buruan. Dia melihat ada seekor burung yang sedang bertengger di dahan, lalu tanpa berpikir panjang Sangkuriang langsung menembaknya, dan tepat mengenai sasaran. Sangkuriang lalu memerintah Tumang untuk mengejar buruannya tadi, tetapi si Tumang diam saja dan tidak mau mengikuti perintah Sangkuriang. Karena sangat jengkel pada Tumang, maka Sangkuriang lalu mengusir Tumang dan tidak diijinkan pulang ke rumah bersamanya lagi.
Sesampainya di rumah, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Begitu mendengar cerita dari anaknya, Dayang Sumbi sangat marah. Diambilnya sendok nasi, dan dipukulkan ke kepala Sangkuriang. Karena merasa kecewa dengan perlakuan ibunya, maka Sangkuriang memutuskan untuk pergi mengembara, dan meninggalkan rumahnya.
Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali perbuatannya. Ia berdoa setiap hari, dan meminta agar suatu hari dapat bertemu dengan anaknya kembali. Karena kesungguhan dari doa Dayang Sumbi tersebut, maka Dewa memberinya sebuah hadiah berupa kecantikan abadi dan usia muda selamanya.
Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang mengembara, akhirnya ia berniat untuk pulang ke kampung halamannya. Sesampainya di sana, dia sangat terkejut sekali, karena kampung halamannya sudah berubah total. Rasa senang Sangkuriang tersebut bertambah ketika saat di tengah jalan bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik jelita, yang tidak lain adalah Dayang Sumbi. Karena terpesona dengan kecantikan wanita tersebut, maka Sangkuriang langsung melamarnya. Akhirnya lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi, dan sepakat akan menikah di waktu dekat. Pada suatu hari, Sangkuriang meminta ijin calon istrinya untuk berburu di hatan. Sebelum berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikat kapalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, karena pada saat dia merapikan ikat kepala Sangkuriang, Ia melihat ada bekas luka. Bekas luka tersebut mirip dengan bekas luka anaknya. Setelah bertanya kepada Sangkuriang tentang penyebab lukanya itu, Dayang Sumbi bertambah tekejut, karena ternyata benar bahwa calon suaminya tersebut adalah anaknya sendiri.
Dayang Sumbi sangat bingung sekali, karena dia tidak mungkin menikah dengan anaknya sendiri. Setelah Sangkuriang pulang berburu, Dayang Sumbi mencoba berbicara kepada Sangkuriang, supaya Sangkuriang membatalkan rencana pernikahan mereka. Permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak disetujui Sangkuriang, dan hanya dianggap angin lalu saja.
Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana cara agar pernikahan mereka tidak pernah terjadi. Setelah berpikir keras, akhirnya Dayang Sumbi menemukan cara terbaik. Dia mengajukan dua buah syarat kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang dapat memenuhi kedua syarat tersebut, maka Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi sebaliknya jika gagal maka pernikahan itu akan dibatalkan. Syarat yang pertama Dayang Sumbi ingin supaya sungai Citarum dibendung. Dan yang kedua adalah, meminta Sangkuriang untuk membuat sampan yang sangat besar untuk menyeberang sungai. Kedua syarat itu harus diselesai sebelum fajar menyingsing.
Sangkuriang menyanggupi kedua permintaan Dayang Sumbi tersebut, dan berjanji akan menyelesaikannya sebelum fajar menyingsing. Dengan kesaktian yang dimilikinya, Sangkuriang lalu mengerahkan teman-temannya dari bangsa jin untuk membantu menyelesaikan tugasnya tersebut. Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil kerja dari Sangkuriang. Betapa terkejutnya dia, karena Sangkuriang hampir menyelesaiklan semua syarat yang diberikan Dayang Sumbi sebelum fajar.
Dayang Sumbi lalu meminta bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera berwarna merah di sebelah timur kota. Ketika melihat warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang pagi. Sangkuriang langsung menghentikan pekerjaannya dan merasa tidak dapat memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang Sumbi.
Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang lalu menjebol bendungan yang telah dibuatnya sendiri. Karena jebolnya bendungan itu, maka terjadilah banjir dan seluruh kota terendam air. Sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban Perahu.

Sangkuriang English
In antiquity, in West Java, lived a princess named Dayang Sumbi. She has a son named Sangkuriang. Her son was very fond of hunting in the forest. Each hunting, he always accompanied by her beloved dog named Tumang. Tumang is actually the incarnation of a god, and also Sangkuriang’s father, but Sangkuriang doesn’t know it and his mother was deliberately concealing it.
One day, as usual Sangkuriang go into the woods to hunt. Once when he got in the woods, Sangkuriang start looking for prey. He saw there was a bird that was perched on a branch, then without thinking Sangkuriang direct shot, and right on target. Sangkuriang then ruled Tumang to pursue prey before, but the Tumang silent and refused to follow orders Sangkuriang. Caused he very angry at Tumang, Tumang not allowed to go home with him again.
At home, Sangkuriang told the incident to her mother. Heard the story of her son, Dayang Sumbi very angry. He took a scoop of rice, and slapped the Sangkuriang’s head. Feeling disappointed with the treatment of his mother, then Sangkuriang decides to go rogue, and left his home.
After the incident, Dayang Sumbi deeply regretted his actions. He prayed every day, and ask that one day could see her son again. Because of the seriousness of Dayang Sumbi prayer, then God gave him a gift of lasting beauty and forever young.
After many years Sangkuriang wandering, he eventually intends to return to his hometown. Once there, he was very surprised at all, because his hometown has changed completely. Sangkuriang’s pleasure was increased when at the middle of the road met a very beautiful womanl, which is nothing but Dayang Sumbi. Stunned by her beauty, then immediately Sangkuriang proposed. Finally Sangkuriang’s proposed received by Dayang Sumbi, and agreed to be married in the near future. One day, Sangkuriang ask permission to hunt on the carvings. Before leaving, he asked Dayang Sumbi for belt tightening and smoothing his head. Dayang Sumbi was surprised, because when he smoothed Sangkuriang’s headband, he saw a scar. The scar is similar with her son’s scar. After asking about the cause of the wound in Sangkuriang, Dayang Sumbi might expect to see increases, because it is true that her husband was her own son.
Dayang Sumbi very confused, because he could not marry his own son. After Sangkuriang go home from hunted, Dayang Sumbi tried to speak to Sangkuriang in order to Sangkuriang cancel their wedding plans. Dayang Sumbi’s request is not approved with Sangkuriang, and only considered the wind alone.
Every day Dayang Sumbi thought how that marriage never happened. After thought hardly, Dayang Sumbi finally found the best way. She gave two requirement to Sangkuriang. If Sangkuriang could satisfy both these conditions, it would be her wife, but otherwise if it failed then the wedding will be canceled. The first requirement Dayang Sumbi wants Citarum river dammed. And the second is, ask Sangkuriang to make a very large boat to cross the river. Two conditions that must be settled before dawn.
Sangkuriang undertakes both Dayang Sumbi’s requirement, and promised to finish before dawn. With its magic, and then deploy Sangkuriang’s friends from the jinn to help complete the task. Secretly, Dayang Sumbi peek of Sangkuriang work. What surprised her, because Sangkuriang almost solve all requirements given Dayang Sumbi before dawn.
Dayang Sumbi ask for help to roll out a red silk cloth in the east of the city. When he saw redness in the eastern city, Sangkuriang thought that it was already dawn. Sangkuriang immediately stopped work and was not able to meet the requirements that have been filed by Dayang Sumbi.
With the irritation and disappointment, Sangkuriang then break the dam that has made his own. Since the collapse of the dam, then there was a flood and the city flooded. Sangkuriang also kicked big boat that has been made. Canoe was drifting and falling headlong, then to a mountain called Tangkuban Perahu. And as we know for now, it is Tangkuban Perahu Mountain

0 comments:

Powered by Blogger.