Thursday, 17 October 2019

0
Toksisitas LD50

Hai teman tean semua ! lama tak update kali ini saya akan membagikan hasil praktikum saya mengenai uji toksisitas deterjen terhadap ikan mas.

No
Baskom 1 (25 ml)
Baskom 2 (100 ml)
Ket
Waktu
Perilaku Ikan
Waktu
Perilaku Ikan
1
1’
Ikan mulai terjadi
Pendarahan.
1’42”
Ikan mulai diam.

2
3’
Satu ikan mati.
2’43”
Dua ikan mengalami kejang kejang.
3
2’
Satu ikan lainnya mati.
3’47”
Satu ikan pecah
pembuluh darah dan darah
keluar dari insang.
Baskom 1 :
pH awal : 8
pH akhir : 7
Suhu awal : 29
°C
Suhu akhir: 31.8
°C
TDS awal : 1024 pm
TDS akhir : 1024 ppm
4
9’
Semua ikan mengalami pendarahan pada insang.
8’03”
Satu ikan mati.
5
13’
Semua ikan menghitam dan mengalami pendarahan pada insang.
10’10”
Satu ikan lainnya mati.
Baskom 2 :
pH awal : 6
pH akhir : 9
Suhu awal : 30,9
°C
Suhu akhir: 31
°C
TDS awal : 2468 pm
TDS akhir : 2512 ppm
6
17’
Semua ikan mati.
12’05”
Semua ikan mati.

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Makhluk hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air yang relatif  bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.
Istilah pencemaran air dicantumkan dalam PP No. 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air didefinisikan sebagai : “Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiaan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya” (Pasal 1, angka 2). Berdasarkan peraturan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pencemaran air merupakan proses masuknya zat, makhluk hidup atau komponen lain yang masuk kedalam badan air sehingga menurunkan kualitas air tersebut menjadi tercemar. Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui toksisitas dari suatu bahan pencemar yang diambil, yaitu deterjen.
Lethal Dose 50 adalah suatu besaran yang diturunkan secara statistik, guna
menyatakan dosis tunggal sesuatu senyawa yang diperkirakan dapat mematikan atau menimbulkan efek toksik yang berarti pada 50% hewan uji setelah perlakuan. LD50 merupakan tolak ukur kuantitatif yang sering digunakan untuk menyatakan kisaran dosis letal. Reaksi toksik biasanya merupakan lanjutan dari efek farmakodinamik sehingga gejala toksik merupakan efek farmakodinamik yang berlebihan. Derajat toksisitas suatu obat diketahui berdasarkan nilai suatu dosis yang disebut Lethal Dose 50 (LD50) (Gan 1980).
Toksisitas bahan pencemar sangat dipengaruhi oleh besarnya volume yang masuk dan konsentrasi bahan tercemar. Praktikum ini membandingkan pengaruh bahan pencemar air berdasarkan volume yang masuk kedalam badan air. Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa deterjen dengan volume 100 ml mampu membunuh empat ikan dalam waktu 12 menit, berbeda dengan baskom yang dimasukkan deterjen sebanyak 25 ml yang membutuhkan waktu 17 menit untuk membunuh keempat ikan tersebut. Perbedaan yang lainnya terdapat pada besarnya TDS yang dilihat melalui TDS meter, baskom dengan 25 ml deterjen cair memiliki nilai TDS sebesar 1024 ppm, sedangkan baskom dengan 100 ml deterjen cair memiliki nilai TDS sebesar 2486 ppm. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air dikatakan bahwa kadar maksimum untuk TDS adalah 1000 ppm, dapat dikatakan bahwa kadar kedua deterjen yang masuk kedalam baskom 1 atau 2 sudah melebihi kadar maksimum untuk TDS.  
Semua ikan yang yang mati pada praktikum ini mengalami hal yang sama yaitu pendarahan pada insang setiap ikan, ini menunjukkan adanya kerusakan sistem respirasi pada epitelium insang, sehingga ikan akan kehilangan keseimbangan dan kesulitan bernafas kemudian ditandai dengan matinya ikan dengan mulut terbuka ( Taufik I 2006). Pencemaran dalam hal ini dapat menyebabkan makhluk hidup melakukan berbagai respon, mulai dari pengaruh kecil hingga kematian pada makhluk hidup tersebut. Pencemaran deterjen di perairan dapat berpengaruh pada berbagai organ ikan dan tingkat kerusakan yang timbul pada organ tersebut tergantung pada konsentrasi pencemaran dan waktu pemaparan, cemaran yang masuk kedalam tubuh ikan bisa terakumulasi dalam tubuh ikan dan dapat membahayakan manusia apabila di konsumsi.


       Surfaktan merupakan suatu bahan yang dapat menyebabkan turunnya tegangan permukaan cairan, dengan sifat tersebut bahan ini mampu menurunkan tegangan permukaan kotoran terhadap tegangan permukaan yang dibersihkan. Pencemaran perairan oleh deterjen terutama disebabkan karena bahan Alkyl Bensen Sulfonat (ABS) yang mempunyai sifat sangat tahan terhapat penguraian oleh mikroorganisme perairan, selain itu bahan aktif dan bersifat stabil ini juga akan berpengaruh terhadap pemindahan dan kelarutan oksigen dalam perairan (Taufik 2006) . Berikut merupakan pengaruh deterjen yang keras (ABS) adalah :
1.     Menurunkan tegangan permukaan air
2.     Menyuburkan pertumbuhan ganggang
3.     Pengemulsian minyak dan lemak
4.     Meningkatkan kekeruhan air
                   5.   Kematian organisme perairan

0 comments:

Powered by Blogger.