Hai teman tean semua ! lama tak update kali ini saya akan membagikan hasil praktikum saya mengenai uji toksisitas deterjen terhadap ikan mas.
No
|
Baskom
1 (25 ml)
|
Baskom
2 (100 ml)
|
Ket
|
||
Waktu
|
Perilaku
Ikan
|
Waktu
|
Perilaku
Ikan
|
||
1
|
1’
|
Ikan mulai
terjadi
Pendarahan.
|
1’42”
|
Ikan mulai diam.
|
|
2
|
3’
|
Satu ikan mati.
|
2’43”
|
Dua ikan mengalami kejang kejang.
|
|
3
|
2’
|
Satu ikan lainnya mati.
|
3’47”
|
Satu ikan pecah
pembuluh darah dan darah
keluar dari insang.
|
Baskom 1 :
pH awal : 8
pH akhir : 7 Suhu awal : 29°C Suhu akhir: 31.8°C TDS awal : 1024 pm TDS akhir : 1024 ppm |
4
|
9’
|
Semua ikan mengalami pendarahan pada insang.
|
8’03”
|
Satu ikan mati.
|
|
5
|
13’
|
Semua ikan menghitam dan mengalami pendarahan pada
insang.
|
10’10”
|
Satu ikan lainnya mati.
|
Baskom 2 :
pH awal : 6
pH akhir : 9 Suhu awal : 30,9°C Suhu akhir: 31°C TDS awal : 2468 pm TDS akhir : 2512 ppm |
6
|
17’
|
Semua ikan mati.
|
12’05”
|
Semua ikan mati.
|
Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Makhluk hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.
Istilah
pencemaran air dicantumkan dalam PP No. 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran
Air, pencemaran air didefinisikan sebagai : “Pencemaran air adalah masuknya
atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam
air oleh kegiaan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya” (Pasal
1, angka 2). Berdasarkan peraturan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pencemaran
air merupakan proses masuknya zat, makhluk hidup atau komponen lain yang masuk
kedalam badan air sehingga menurunkan kualitas air tersebut menjadi tercemar.
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui toksisitas dari suatu bahan pencemar
yang diambil, yaitu deterjen.
Lethal
Dose 50 adalah suatu besaran yang diturunkan secara statistik, guna
menyatakan dosis
tunggal sesuatu senyawa yang diperkirakan dapat mematikan atau menimbulkan efek
toksik yang berarti pada 50% hewan uji setelah perlakuan. LD50 merupakan tolak
ukur kuantitatif yang sering digunakan untuk menyatakan kisaran dosis letal. Reaksi
toksik biasanya merupakan lanjutan dari efek farmakodinamik sehingga gejala
toksik merupakan efek farmakodinamik yang berlebihan. Derajat toksisitas suatu
obat diketahui berdasarkan nilai suatu dosis yang disebut Lethal Dose 50 (LD50)
(Gan 1980).
Toksisitas
bahan pencemar sangat dipengaruhi oleh besarnya volume yang masuk dan konsentrasi
bahan tercemar. Praktikum ini membandingkan pengaruh bahan pencemar air
berdasarkan volume yang masuk kedalam badan air. Berdasarkan tabel diatas,
dapat dilihat bahwa deterjen dengan volume 100 ml mampu membunuh empat ikan
dalam waktu 12 menit, berbeda dengan baskom yang dimasukkan deterjen sebanyak
25 ml yang membutuhkan waktu 17 menit untuk membunuh keempat ikan tersebut.
Perbedaan yang lainnya terdapat pada besarnya TDS yang dilihat melalui TDS
meter, baskom dengan 25 ml deterjen cair memiliki nilai TDS sebesar 1024 ppm,
sedangkan baskom dengan 100 ml deterjen cair memiliki nilai TDS sebesar 2486
ppm. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 20
tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air dikatakan bahwa kadar maksimum untuk TDS
adalah 1000 ppm, dapat dikatakan bahwa kadar kedua deterjen yang masuk kedalam
baskom 1 atau 2 sudah melebihi kadar maksimum untuk TDS.
Semua
ikan yang yang mati pada praktikum ini mengalami hal yang sama yaitu pendarahan
pada insang setiap ikan, ini menunjukkan adanya kerusakan sistem respirasi pada
epitelium insang, sehingga ikan akan kehilangan keseimbangan dan kesulitan
bernafas kemudian ditandai dengan matinya ikan dengan mulut terbuka ( Taufik I
2006). Pencemaran dalam hal ini dapat menyebabkan makhluk hidup melakukan
berbagai respon, mulai dari pengaruh kecil hingga kematian pada makhluk hidup
tersebut. Pencemaran deterjen di perairan dapat berpengaruh pada berbagai organ
ikan dan tingkat kerusakan yang timbul pada organ tersebut tergantung pada
konsentrasi pencemaran dan waktu pemaparan, cemaran yang masuk kedalam tubuh
ikan bisa terakumulasi dalam tubuh ikan dan dapat membahayakan manusia apabila
di konsumsi.
Surfaktan
merupakan suatu bahan yang dapat menyebabkan turunnya tegangan permukaan
cairan, dengan sifat tersebut bahan ini mampu menurunkan tegangan permukaan
kotoran terhadap tegangan permukaan yang dibersihkan. Pencemaran perairan oleh
deterjen terutama disebabkan karena bahan Alkyl Bensen Sulfonat (ABS) yang
mempunyai sifat sangat tahan terhapat penguraian oleh mikroorganisme perairan,
selain itu bahan aktif dan bersifat stabil ini juga akan berpengaruh terhadap
pemindahan dan kelarutan oksigen dalam perairan (Taufik 2006) . Berikut
merupakan pengaruh deterjen yang keras (ABS) adalah :
1. Menurunkan
tegangan permukaan air
2. Menyuburkan
pertumbuhan ganggang
3. Pengemulsian
minyak dan lemak
4. Meningkatkan
kekeruhan air
5. Kematian organisme
perairan
0 comments: